Berkenalan dengan Para Pengurai Sampah Organik


Secara sederhana, sampah dapat kita kategorikan menjadi tiga kelompok. Sampah rosok, sampah organik, dan residu. Di antara tiga kategori tersebut, sampah organik merupakan limbah yang sangat dekat dengan kita.

Mulai dari sisa-sisa bahan makan, dedaunan kering di depan rumah kita, sampai sisa bahan sayur yang kita beli di pedagang sayur merupakan limbah organik terdekat dengan kita. Sehingga tidak bisa dipungkiri setiap hari, umumnya rumah tangga bersinggungan dengan hal tersebut.

Pada 2018 Dinas KLH mencatat setidaknya 57% sampah rumah tangga didominasi oleh sampah organik. Sampah tersebut berupa sisa makanan, kayu, ranting dan daun. Sampah organik juga menjadi suatu momok bagi masyarakat. Ia meninggalkan pemandangan dan bau tak sedap jika sudah menumpuk.


Dari tumpukan sampah organik itu, sebagian masyarakat lazim dengan menimbunnya. Namun, di sisi lain karena kebiasaan menimbun itu terkadang sampah yang tidak bisa diurai oleh mikroba di tanah juga tercampur ikut tertimbun.

Menimbun sampah tentu memiliki upaya yang cukup berat. Di antaranya perlu menyediakan lahan cukup serta menggali dan menutup lubang tanah yang dipakai untuk menimbun sampah. Padahal semakin bertambahnya hari, lahan pemukiman semakin berkurang. Maka demikian kita butuh solusi lain untuk menjawab masalah ini.

Sampah organik tampaknya adalah sampah yang spesial. Karena jika manusia tidak mampu mengatasinya, makhluk Tuhan yang lain bisa melakukannya. Mari kita berkenalan dengan para pengurai sampah organik ini.

  • Hewan Ternak

Rajakaya adalah sebutan yang lazim bagi masyarakat Jawa untuk hewan ternak. Mungkin jenis ini adalah yang paling akrab dengan kita. Hewan ternak bisa berupa unggas (ayam, bebek, entog), mamalia (kambing, sapi, babi), dan ikan adalah jenis-jenis hewan ternak yang dekat dengan masyarakat Indonesia.


Hewan-hewan ternak tersebut ada yang dikembangbiakkan dalam industri besar maupun kecil. Tidak jarang, sampah sisa-sisa makan rumah tangga terkadang diberikan ke hewan ternak. Bisa secara langsung maupun diolah terlebih dahulu.

Namun, jikalau kita ingin memberi pakan ternak menggunakan limbah organik secara langsung tentu perlu kita perhatikan apakah itu berbahaya atau tidak. Jika dirasa berbahaya, mungkin bisa diolah terlebih dahulu dengan bantuan makhluk hidup lain seperti magot.

  • Maggot/Larva Lalat BSF

Maggot adalah larva atau belatung yang dihasilkan dari telur lalat hitam (BSF) sangat aktif memakan sampah organik. Maggot memiliki keunikan tersendiri dalam mengurai sampah. Ia dapat mengurai sampah dengan cepat, tidak berbau, dan menghasilkan kompos organik.

Maggot ini juga memiliki protein yang tinggi. Larva ini dapat menjadi sumber protein yang baik untuk pakan unggas dan ikan. Selain dapat dimakan langsung oleh ternak, maggot juga bisa diolah dengan digiling bersama pakan khusus ternak yang lain.

  • Mikroba

Secara alami, sampah organik akan mengalami pembusukan dan peruraian oleh ratusan jenis mikroba (bakteri, jamur, ragu) dan berbagai jenis binatang kecil yang hidup di tanah. Namun, jika kita mengandalkan siklus alam tersebut akan membutuhkan waktu yang tidak sebentar.

Dalam skala rumah tangga mikroba bisa kita hadirkan. Caranya adalah dengan menjadikan sampah organik sebagai bahan pupuk kompos. Secara sederhana pupuk kompos dihasilkan dari memadukan mikroba dengan sampah organik yang kaya akan nitrogen dan karbon.

Mikroba membutuhkan karbon dan nitrogen yang terdapat dalam sampah organik untuk berkembang. Kehadiran mikroba juga diperlukan untuk proses pembusukan sampah. Jadi mikroba dan sampah organik adalah kesatuan yang saling membutuhkan.

___________

*Pasti Angkut/Raafi