Selasa, 18 Oktober 2022, Pasti Angkut bekerja sama dengan RRI Yogyakarta mengadakan obrolan bertajuk “Indonesia Bebas Sampah dari Desa”. Acara yang diadakan di Kampoeng Mataraman ini menghadirkan Wahyudi Anggoro Hadi selaku Lurah Panggungharjo, R. Gustilantika Marel S selaku Pegiat Lingkungan, Direktur Pasti Angkut Salva Yurivan Sarangih, dan Yuli Budi Sasangka selaku Direktur Perumda Aneka Dharma.
Acara yang dipandu oleh Lulu Rahardi, Penyiar RRI Yogyakarta, disiarkan secara langsung melalui kanal Youtube RRI Jogja Official, Pasti Angkut, dan TV Desa.
Obrolan dibuka dengan pengenalan apa itu Pasti Angkut. “Kita memulai usaha pengelolaan sampah itu sudah dari 2013 melalui badan usaha milik desa. Karena kita yakini bahwa persoalan sampah akan selalu dihadapi oleh masyarakat,” kata Wahyudi.
Lurah Panggungharjo tersebut juga menambahkan jika persoalan sampah memerlukan sebuah upaya serius dari pemerintah. Dalam hal ini mulai dari pemerintah desa supaya mulai peduli terhadap persoalan sampah warga desa.
“Kita mengawali sudah sekitar 8 tahun yang lalu. Pada saat ini kita berangkat dari pengalaman, bahwa persoalan sampah itu ada di dua sisi, yakni di hulu dan hilirnya,” kata Wahyudi menerangkan terkait persoalan sampah.
Untuk menyelesaian persoalan terkait pengelolaan sampah, Pasti Angkut menyasar kedua sisi itu. Di sisi hulu harus ada sebuah upaya untuk mendorong perubahan perilaku dan pola konsumsi yang lebih masuk akal.
Sedangkan, di sisi hilir harus ada semacam upaya untuk mengubah sampah. Ada pemanfaatan atas mengubah sampah menjadi komoditas yang bisa diperjualbelikan atau digunakan untuk industri-industri lainnya.
Senada dengan Wahyudi, Salva Yurivan Sarangih selaku Direktur Pasti Angkut mengatakan jika Pasti Angkut hadir karena ada keresahan. “Tadi dari pak lurah sudah menjelaskan ada masalah di hulu. Di hulu ini kan kita sebagai warga karena gaya hidup, ada boba, ada coffe, restoran pertumbuhannya luar biasa. Apalagi pandemi seperti ini banyak tempat hiburan dan pariwisata baru. Akhirnya gaya hidup kita berubah dan sampah yang dihasilkan bertambah.”
Selain itu, masih menurut Salva, bahwa Pasti Angkut adalah start up pengelolaan sampah dari hulu ke hilir dengan model digitalisasi. Sehingga ekosistem zero waste yang berkelanjutan bisa diterapkan.
“Hadirya Pasti Angkut ini memberi solusi secara digital sehingga warga di Panggungharjo bisa mengakses aplikasi melalui Andoid dan IOS. Lalu mereka bisa berlangganan. Sehingga warga atau pelanggan bisa mendapatkan kepastian sampah diambil oleh transpoter,” jelas Salva.
Tidak jauh berbeda dengan apa yang dikatan dua pembiacara sebelumnya, R. Gustilantika Marel S juga menyoroti ihwal permasalah sampah dari hulu dan hilir.
“Kalau dari hulu adalah maindset yang harus diterapkan. Budaya kita agak susah mengubah maindset bahwa sampah ini harus dipilah. Kalau kita lihat negara-negara tetangga itu soal sampah dari awal mereka membawa sampah sudah ada pilihan opsi tempat sampah.”
Menurut pemuda yang aktif sebagai pegiat lingkungan tersebut bahwa hadirnya Pasti Angkut ini bisa mempercepat perubahan maindset orang. “Menurut saya mengubah maindset itu tidak mudah, dan tidak cepat,” kata Marel.
Sementara itu, Yuli Budi Sasangka yang menjadi pembicara keempat mengulas ihwal alur sampah yang ada di kabupaten Bantul. Menurutnya, bahwa selama ini alur sampah yang ada di kabupaten Bantul juga dari hulu ke hilir. Namun, dari hulu itu kebanyakan sampah rumah tangga yang kemudian diangkut oleh dinas atau pun pihak ketiga, kemudian dibawa ke TPA di Piyungan.
“Dalam hal ini memang permasalahannya ada di hulu dan hilir. Sementara yang di tengah relatif melakukan pengangkutan dari sisi produsen sampah ke tempat pembuangan akhir,” kata Yuli.
Direktur Perumda Aneka Dharma tersebut juga mengilustrasikan jika TPA di Piyungan tidak mampu menampung sampah lagi, maka akan dibawa ke mana lagi sampahnya? “Kita tidak bisa menyalahkan orang yang mengambil sampah, karena mereka juga bingung mau ditaruh ke mana?”
Dalam tahap ini, Yuli juga menekankan bahwa pentingnya melakukan pemilahan sampah mulai dari rumah. Pemilahan mulai dari yang sederhana, yakni organik dan anorganik.
“Kemudian dari sisi pemerintah setidaknya bisa mendorong percepatan tumbuhnya industri pengelolaan sampah. Biar nilai gunanya dan nilai jual dari sampah tersebut menjadi komoditi yang bisa didaur ulang,” tegasnya.
_______________
*Pasti Angkut/Nardi